Sabtu, 23 Juni 2012

KECAMATAN DI KABUPATEN BELU

1.Kecamatan Wewiku ibukota Hanemasin
2.Kecamatan Weliman ibukota Laleten
3.Kecamatan Rinhat ibu Kota Biudukfoho
4.Kecamatan Malaka Barat ibukota Besikama
5.Kecamatan Malaka Tengah ibukota Betun
6.Kecamatan Kobalima ibukota Raihenek
7.Kecamatan Kobalima Timur ibukota Alas
8.Kecamatan Malaka Timur ibukota Boas
9.Kecamatan Sasitamean ibukota Manlea
10.Kecamatan Io Kufeu ibukota Tunabesi
11.Kecamatan BotinLeobele ibukota Bani-Bani
12.Kecamatan Laenaman ibukota Uabau
13.Kecamatan Tasifeto Barat ibukota Kimbana
14.Kecamatan NaetDubesi ibukota Naet Duabesi
15.Kecamatan Kota Atambua ibukota Atambua
16.Kacamatan Atambua Selatan ibukota Asuulun
17.Kecamatan Atambua Barat ibukota Sesekoe
18.Kacamatan Kakuluk Mesak ibukota Umarese
19.Kacamatan Tasifeto Timur ibukota Wedomu
20.Kecamatan Lasiolat ibukota Lahurus
21.Kecamatan Raihat ibukota Haekesak
22.Kecamatan Lamknen ibukota Weluli
23.Kecamatan Lamknen Selatan ibukota Lutarato
24.Kecamatan Raimanuk ibukota Faturika

MENGHITUNG DENGAN BAHASA TETUN

1 = IDA
2 = RUA
3 = TOLU
4 = HAT
5 = LIMA
6 = NEN
7 = HITU
8 = WALU
 9 = SIWI
10 = SANULU
11 = SESINIDA
12 = SESINRUA
13 = SESINTOLU
 14 = SESINHAT
15 = SESINLIMA
 16 = SESINEN
17 = SESINHITU
 18 = SESINWALU
19 = SESINSIWI
20 = RUANULU
30 = TOLUNULU
 40 = HATNULU
50 = LIMANULU
60 = NENULU
70 = HITUNULU
80 = WALUNULU
 90 = SIWINULU
100 = ATUSIDA
200 = ATUSRUA
900 = ATUSIWI
1000 = RIHUNIDA
2000 = RIHUNRUA
10.000 = RIHUNSANULU
20.000 = RIHUNRUANULU
 1.000.000 = BE'INIDA

Sabtu, 19 Mei 2012

NAMA ASLI DARI SUB ETNIS DAWAN MANLEA DI BELU

Setiap bayi yang baru dilahirkan dalam budaya Dawan umumnya belum langsung diberi nama, dan bayi tersebut baru diberi julukan Asteik. Nama ini diberikan kepada bayi tersebut dalam kurun waktu yang sangat bervariasi yaitu berkisar satu bulan hingga dua tahun. Dalam kurun waktu tersebut akan dilakukan proses pemberian nama dengan upacara tertentu. Dalam konteks budaya Dawan, pemberian nama kepada bayi ditempuh dengan dua jalan yaitu melalui mimpi dan peristiwa khusus yang dialami bayi. Pemberian nama melalui mimpi dapat terjadi pada saat sebelum maupun sesudah bayi lahir. Apabila sebelum bayi lahir dan salah seorang anggota keluarga bermimpi bahwa salah seorang leluhur selalu nampak dalam mimpi maka nama leluhur itulah yang dipakaikan kepada bayi yang bersangkutan menjelang satu minggu atau satu bulan setelah bayi tersebut dilahirkan. Meski demikian apabila selama kehamilan tidak ada mimpi yang mengisyaratkan untuk pemberian nama kepada bayi maka setelah bayi lahir biasanya diberikan kesempatan untuk menemukan nama melalui mimpi.Dalam tenggang waktu ini biasanya sang ibu dan anggota keluarga lainnya selalu berkomunikasi secara adat dengan para leluhur untuk menemukan nama bagi bayi yang dilahirkan. Cara lain untuk pemberian nama adalah melihat paristiwa yang terjadi pada bayi yang bersangkutan. Peristiwa yang sering terjadi adalah peristiwa bayi tersebut selalu menangis diluar kendali ibunya. Dengan adanya peristiwa seperti ini maka rumpun keluarga sudah mengetahui bahwa para leluhur menghendaki agar bayi tersebut segra diberikan nama. Proses selanjutnya adalah melakukan pemanggilan atau menyebut nama nenek moyang yang diketahui. Apabila nama yang disebut cocok maka seketika itu juga bayi akan berhenti menangis dan nama tertersebut dipakaikan kepada bayi yang bersangkutan.

a.Nama Laki-Laki :  
1.Alos,
2. Asa ***), 
3.Bau ***), 
4.Berek **), 
5.Bian, 
6.Bria **), 
7.Etan, 
8.Fahik **), 
9.Klau **),
10.Fatin, 
11.Kabosu, 
12.Keru, 
13.Kiik, 
14.Kono, 
15.Lau, 
16.Manek *), 
17.Mau *), 
18.Metom, 
19.Molo, 
20.Neno, 
21.Rae, 
22.Riu, 
23.Seran **), 
24.Sole, 
25.Susar, 
26.Tae *), 
27.Teku 
28.Un.
 b Sedangkan nama-nama untuk perempuan :  
1.Abuk **), 
2.Aek **), 
3.Bano **), 
4.Bete, 
5.Bubu, 
6.Eno,
7.Funan, 
8.Kole, 
9.Niis, 
10.Roman, 
11.Tai, 
12.Tuku 
13Uruk.
Ket. *) Nama yang diadopsi dari suku Bunaq atau Kemak
 **) Nama yang diadopsi dari suku Fehan
***) Nama yang diadopsi dari suku Fehan, Kemak maupun Bunaq

Jumat, 18 Mei 2012

NAMA ASLI DARI SUB ETNIS KEMAK DI BELU

Dalam konteks budaya Kemak dikenal berbagai macam nama, dan nama tersebut merupakan nama warisan nenek moyang. Nama suku Kemak seperti suku-suku lain di Belu, dimana nama merupakan nama warisan nenek moyang. Dengan demikian meski nama merupakan ciri khas bangsa Kemak tetapi tidak menjadi marga seperti halnya di Batak dikenal suku sianipar, suku Sihombing dan sebagainya. Proses pemerian nama bagi seorang anak yang baru dilahirkan dalam suku Kemak biasanya didahului dengan beberapa acara adat. Hal ini dimaksudkan agar nama yang diberikan kepada anak tersebut tidak mendatangkan kesulitan bagi anak yang bersangkutan. Apabila nama yang diberikan ternyata salah maka biasanya ditandai dengan anak tersebut selalu menangis. Untuk mengatasi kondisi seperti ini maka proses pemberian nama kepada anak biasanya ditempuh dengan cara pemberian susu kepada anak dengan upacara tertentu. Apabila setelah upacara adat dilakukan dan ternyata anak tersebut menyusui ASI ibunya maka dianggap nama tersebut cocok bagi anak yang bersangkutan dan tidak akan membawa kesulitan bagi anak yang bersangkutan setelah dewasa. Meski demikian apabila nama yang diberikan ternyata salah maka anak yang bersangkutan tidak akan menyusui ASI ibunya dan oleh karena itu diberi nama lain dan seterusnya hingga anak tersebut bisa menyusui ASI ibunya. Upacara tersebut biasanya didahului dengan mendata seluruh nama nenek moyang yang ada untuk kemudian secara berturut diberikan kepada anak yang bersangkutan sebagai pencocokan. Apabila dianatara nama yang telah disiapkan ternyata cocok maka anak tersebut bisa langsung menyusui ibunya dan pada saat itu acara pemberian nama telah selesai. Apabila dari daftar nama yang disiapkan ternyata tidak ada yang cocok maka biasanya ditempuh dengan pembuatan uapacara “afuan” untuk mencari tahu nama yang sebenarnya. Untuk melakukan acara tersebut biasanya dibutuhkan seorang tua adat yang memiliki kemampuan untuk berbicara dengan roh para leluhur. Biasanya dalam acara tersebut akan langsung dilihat oleh tua ada yang bersangkutan siapa nama sebenarnya untuk diberikan kepada anak tersebut. Hal ini umumnya jarang salah karena menurut kepercayaan bahwa nama tersebut diberikan langsung oleh roh nenek moyang yang ingin namanya dipakai oleh anak yang bersangkutan.
A.Nama Laki-Laki:
1.Asa Bere,
2.Asa Lae,
3.Ati Bili,
4.Bere Aton,
5.Bere Leki,
6.Bere Mau,
7.Bere Tai,
8.Bili Mau,
9.Buru Bara,
10.Kai Tanu,
11.Koli Bau,
12.Lelo Mali,
13.Mali Dao,
14.Mau Bili,
15.Mau Kura, 
16.Mau Kuru,
17. Mau Lesu, 
18.Mau Leto, 
19.Mau Loko,
20.Mau Meta,
21.Mau Pelu,
22.Mau Pelun, 
23.Nai Bere, 
24.Nai Buti, 
25.Nai Kei,
26.Nai Siri, 
27.Suli Mau dan 
28.Talae.  
B.Sedangkan nama untuk perempuan adalah :  
1.Abu Lesu, 
2.Bui Bere,
3.Bui Buti,
3.Bui Kau,
4.Bui Klai,
5.Bui Mau,
6.Bui Rai,
7.Ili Dasi,
8.Kai Bui,
9.Kai Buti,
10.Soi Bere,
11.Kai Dau,
12.Kai Lou,
13.Kai Seli,
14.Soi Lulu,
15.Sosi Mau,
16.Sose Laku dan 
17.Sose Mali
Dari daftar di atas diketahui bahwa nama bagi suku Kemak sangat penting dalam kehidupan adat sehari-hari. Ciri khas nama adaat suku Kemak adalah terdiri dari dua suku kata dan biasanya selalu bergandengan. Inilah ciri khas nama yang dapat berbeda dengan suku lain di Kabupaten Belu, karena suku lain seperti suku Tetum, suku Bunaq dan suku Manlea hanya terdiri dari satu suku kata saja. Seperti suku lain, Suku Kemak juga menyiapkan nama secara khusus bagi laki-laki dan perempuan. Adapun daftar nama secara lengkap seperti tertera pada Tabel 4 diatas (Sumber : Maubere Frans, 21 Nopember 2008). Dari Tabel tersebut diketahui bahwa jumlah nama yang disiapkan untuk kaum perempuan lebih sedikit dibandingkan dengan kaum laki-laki dan hal ini ditemui juga pada suku Tetum, Bunag dan Dawan Manlea.

NAMA ASLI DARI SUB ETNIS BUNAQ DI BELU

Seperti halnya sub etnis Fehan, sub etnis Bunaq juga memiliki beberapa nama asli yang bila disebutkan maka orang tahu dari mana asal pemilik nama tersebut. Adapun sub etnis Bunaq memilNama Dalam Konteks Budaya Bunaq memilik beberapa nama asli yang dibagi atas laki-laki dan perempuan. Nama-nama tersebut sebagi berikut :
 A.Nama Laki-Laki : 
(1)Asa, 
(2)Aton, 
(3)Bau, 
(4)Bauk, 
(5)Bele,
 (6)Berek, 
(7)Bere, 
(8)Hale, 
(9)Halek,
 (10)Kai, 
(11)Kali,
(12)Koi, 
(13)Koli,
 (14)Laku, 
(15)Lau, 
(16)Leki*, 
(17)Lelo, 
(18)Lesu, 
(19)Leto, 
(20)Loe,
(21)Loi,
(22)Luan,
(23)Mali,
(24)Mau,
(25)Mauk,
(26)Moruk, 
(27)Rin, 
(28)Siri,
(29)Suri,
(30)Tae,
(31)Taek,
(32)Mura dan 
(33)Talo. 
Sedangkan nama untuk perempuan Adalah : 
(1)Aba,
(2)Abuk*,
(3)Bui,
(4)Buik,
(5)Ikun,
(6)Koe,
(7)Kolo,
(8)Motu,
(9)Olo,
(10)Pou,
(11)Soi,
(12)Sose,
(13)Uju dan 
(14)Uka.
Ket. *) = Nama-nama yang juga ada pada suku Tetum, Kemak dan Dawan

NAMA ASLI DARI SUB ETNIS FEHAN DI BELU

A. Nama Dalam Konteks Budaya Tetum Sesungguhnya suku Tetum ini tersebar hampir menyelimuti seluruh Kabupaten Belu dan oleh karena itu dalam kehidupan sehari-hari dikenal ada dua jenis suku Tetum yaitu Tetum Fehan dan Tetum Foho. Meski demikian dalam bahasan ini hanya diketengahkan suku Tetum Fehan saja. Hal ini karena suku Tetum Fehan yang mamiliki ciri khas pemberian nama bagi setiap anak yang baru dilahirkan sedangkan suku Tetum Foho belum banyak dipelajari tentang cara pemeberian nama bagi anak. Hal ini karena nama bagi suku Tetum Foho sudah termasuk pemberian nama bagi suku Bunaq dan Kemak yang akan dibahas pada sub judul tersendiri. Pemberian nama bagi masyarakat berbudaya Tetum Fehan dipilah menjadi dua bagian besar yaitu nama khusus untuk anak laki-laki dan nama khusus untuk anak perempuan. Hal ini dimaksudkan untuk memberi tempat yang sangat khusus bagi kaum laki-laki dan perempuan dan menghargai kekhasan setiap orang baik itu laki-laki maupun perempuan. Ini menunjukan bahwa masyarakat berbudaya Tetum Fehan sangat menghargai pribadi setiap orang melalui pemberian nama yang tidak sama antara laki-laki dan perempuan. Pemberian nama berbeda antara perempuan dan laki-laki ini dimaksudkan untuk membedakan jenis kelamin yang dimiliki oleh setiap orang yang lahir dari budaya dimaksud. Dengan demikian apabila terbaca nama seseorang seperti Seran maka para pembaca sudah jelas mengetahui bahwa itu adalah anak atau orang yang berjenis kelamin laki-laki, sedangkan apabila dalam membaca ternyata ditemukan nama seperti Luruk maka itu sudah menjadi pasti bahwa pemilik nama tersebut adalah seorang perempuan. Dalam banyak hal terutama dalam zaman modern ini hampir pasti tidak dapat dibedakan antara nama perempuan dan nama laki-laki. Ada kecenderungan besar untuk memberikan nama laki-laki kepada perempuan dan tidak pernah memberikan nama perempuan kepada laki-laki. Ini menunjukan bahwa sesungguhnya pada zaman modern telah menempatkan manusia laki-laki lebih berperan dan dihargai daripada pihak perempuan. Hal semacam ini dapat kita temukan dalam kehidupan harian kita. Biasanya Apabila ayah memiliki nama marga Nahak maka seluruh anaknya diberi nama marga Nahak, tidak ditemukan nama anak diberi berdasarkan nama perempuan atau ibunya. Ini menunjukan bahwa degradasi terhadap budaya lokal sudah sangat parah dan tidak mustahil akan hilang dalam waktu yang tidak terlalau lama. Patut diketahui bahwa nama terakhir dari nama seseorang dalam zaman modern ini merupakan nama marga dari bapaknya,sehingga nama khusus perempuan hampir tidak ditemukan lagi. Adapun daftar nama masyarakat berbudaya Tetum Fehan dapat dilihat sebagai berikut ini.
Nama Laki-Laki :  
(1) Asa, 
(2) Atok,
(3) Bau 
(4) Bauk*,
(5) Bere, 
(6) Berek,
(7) Bria, 
(8) Fahik*,
(9) Klau, 
(10) Laka, 
(11) Nahak, 
(12) Seran, 
(13) Tae, 
(14) Taek*, 
(15) Tahu, 
(16) Tahuk, 
(17) Lekik, 
(18) Leki dan 
(19) Tutu.
Sedangkan nama asli untuk perempuan sebagai berikut :
 (1) Abuk*, 
(2) Aek, 
(3) Bano, 
(4) Bita, 
(5) Ho'ar, 
(6) Lubu, 
(7) Luruk, 
(8) Namok, 
(9) Rika, 
(10) Seuk, 
(11) Telik, 
(12) Uduk, 
(14) Balok dan 
(15) Rohan.
Keterangan : *)= Nama-nama yang juga ada pada suku Bunaq, Kemak dan Dawan

KAMUS PLUS TETUN INDONESIA-INDONESIA TETUN

Bahasa Tetun merupakan salah satu bahasa daerah yang dipakai mayoritas masyarakat Kabupaten Belu bahkan di daratan Pulau Timor sejak dulu. Meski demikian arus globalisasi saat ini telah berpengaruh besar terhadap penggunaannya. Hal ini terlihat dari intensitas penggunaan hariannya makin berkurang dan hampir dipastikan sangat jarang dipakai oleh penuturnya khususnya kaum muda. Memang ada beberapa alasan mengapa terjadi demikian, hal ini telah diuraikan dalam kata pengantar buku Kamus Tetun yang ditulis saudara Yustinus Nahak. Adapun tujuan penulisan kamus ini adalah untuk melestrikan bahasa Tetun tersebut. Uraian tentang buku kamus dimaksud sebagai berikut :

Judul      : KAMUS PLUS TETUN INDONESIA-INDONESIA TETUN
Penulis   : Yustinus Nahak
Penerbit : CV.Sumber Rejeki Leveransir  Atambua
Tebal     : 271 halaman
ISBN    : 978-602-95486-00